Namanya Ki Suraksi Hargo atau yang lebih akrab ditelinga kita adalah Mbah Mijan, bekerja sebagai juru kunci gunung Merapi.
Ia menolak dievakuasi 7 tahun yang lalu saat gunung Merapi meletus tepatnya 26 Oktober 2010.
Kawasan Kinahreji, kini sudah berbenah. Jejak-jejak letusan masih bisa ditelusuri di Kinahrejo merupakan tempat tinggal Mbah Maridjan.
Kawasan jejak-jejak letusan pun kini menjadi kawasan wisata Lava Tour.
Di sana terdapat joglo yang menjadi tetenger lokasi Mbah Maridjan meninggal dalam kondisi sujud.
Mbah Maridjan tak mau mengungsi dari Kinahrejo dikabarkan karena menunggu wangsit dari Eyang Petruk.
Sehari sebelumnya, justru banyak warga yang melihat penampakan awan berbentuk tokoh wayang tersebut.
Di area bekas rumah Mbah Maridjan terdapat barang-barang peninggalan yang tersapu oleh awan panas merapi.
Ada seperangkat gamelan milik Mbah Maridjan.
Mebel dan perkakas juga dipajang menjadi salah satu daya tarik Lava Tour.
Ada sebuah botol minuman bersoda yang masih utuh.
Selain itu, ada juga bangkai mobil evakuasi warga berupa Suzuki APV nopol AB 1053 DB.
Mobil itu satu-satunya mobil untuk evakuasi warga.
Dua relawan Tutur Priyanto dan Yuniawan gugur di dalam mobil saat awan panas menerjang Kinahrejo.
Di Joglo Petilasan Mbah Maridjan juga terdapat foto dan lukisan Mbah Maridjan.
Selain itu ada juga peninggalan barang pribadi Mbah Maridjan yang diletakkan di sudut joglo Petilasan.
Mbah Maridjan tak mau menggunakan istilah 'Merapi meletus' untuk gunung yang dijaganya itu.
Ia lebih memilih menggunakan kalimat 'eyang membangun kraton'.
Bila 'eyang' sedang punya hajat, maka warga di sekitar Merapi diminta untuk sabar dan tawakal.
Rumah Mbah Maridjan berada di balik tebing yang disebut Geger Boyo (punggung buaya).
Bila dilihat dari kejauhan, tebing itu mirip punggung buaya yang sedang mengarah ke atas.
Oleh warga sekitar, tebing itu diyakini melindungi rumah Mbah Maridjan dari semburan awan panas.
Namun kenyataannya, rumah Mbah Maridjan tetap saja tak aman dari terjangan awan panas di tahun 2010 lalu.
Ada pakaian yang sering dipakai Mbah Maridjan sehari-hari dipajang di Petilasan.
Ada hal menarik yakni terdapat sebuah Al Quran yang masih utuh tidak terbakar awan panas.
Seorang wisatawan, Yayuk mengatakan jika jejak-jejak peninggalan letusan Merapi menjadi tanda kuasa Illahi yang begitu dahsyat.
“Berada di tempat ini membuat hati saya tergetar. Betapa nyata kebesaranNya,” ujarnya.
Wow yang lainnya hancur tapi AlQuran terlihat utuh. Gimana menurut kalian?
Sumber: http://palembang.tribunnews.com